Friday, 4 March 2011

Surah Al Naml 40 : And whoever is grateful, truly, his gratitude is for (the good of) his ownself, and whoever is ungrateful, (he is ungrateful only


Al-Naml
One with whom was knowledge of the Scripture said: "I will bring it to you within the twinkling of an eye!" Then when he [Sulaimân (Solomon)] saw it placed before him, he said: "This is by the Grace of my Lord - to test me whether I am grateful or ungrateful! And whoever is grateful, truly, his gratitude is for (the good of) his ownself, and whoever is ungrateful, (he is ungrateful only for the loss of his ownself). Certainly! my Lord is Rich (Free of all wants), Bountiful." (40)


Al-Naml
Said one who had knowledge of the Book: "I will bring it to thee within the twinkling of an eye!" Then when (Solomon) saw it placed firmly before him, he said: "This is by the grace of my Lord!― to test me whether I am grateful, or ungrateful! And if any is grateful truly his gratitude is (a gain) for his own soul; but if any is ungrateful, truly my Lord is Free of All Needs, Supreme in Honour!" (40)



LES FOURMIS
Quelqu’un qui avait une connaissance du Livre dit: «Je te l’apporterai avant que tu n’aies cligné de l’œil». Quand ensuite, Salomon a vu le trône installé auprès de lui, il dit: «Cela est de la grâce de mon Seigneur, pour m’éprouver si je suis reconnaissant ou si je suis ingrat. Quiconque est reconnaissant c’est dans son propre intérêt qu’il le fait, et quiconque est ingrat... alors mon Seigneur Se suffit à Lui-même et Il est Généreux». (40)






Al-Naml
Berkata pula seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari Kitab Allah: Aku akan membawakannya kepadamu dalam sekelip mata! Setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di sisinya, berkatalah dia: Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberianNya dan (sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah. (40)


SEMUT
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: [1] "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari [akan ni’mat-Nya]. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk [kebaikan] dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (40)

Surah Al Naml 40 : And whoever is grateful, truly, his gratitude is for (the good of) his ownself, and whoever is ungrateful, (he is ungrateful only


Al-Naml
One with whom was knowledge of the Scripture said: "I will bring it to you within the twinkling of an eye!" Then when he [Sulaimân (Solomon)] saw it placed before him, he said: "This is by the Grace of my Lord - to test me whether I am grateful or ungrateful! And whoever is grateful, truly, his gratitude is for (the good of) his ownself, and whoever is ungrateful, (he is ungrateful only for the loss of his ownself). Certainly! my Lord is Rich (Free of all wants), Bountiful." (40)


Al-Naml
Said one who had knowledge of the Book: "I will bring it to thee within the twinkling of an eye!" Then when (Solomon) saw it placed firmly before him, he said: "This is by the grace of my Lord!― to test me whether I am grateful, or ungrateful! And if any is grateful truly his gratitude is (a gain) for his own soul; but if any is ungrateful, truly my Lord is Free of All Needs, Supreme in Honour!" (40)



LES FOURMIS
Quelqu’un qui avait une connaissance du Livre dit: «Je te l’apporterai avant que tu n’aies cligné de l’œil». Quand ensuite, Salomon a vu le trône installé auprès de lui, il dit: «Cela est de la grâce de mon Seigneur, pour m’éprouver si je suis reconnaissant ou si je suis ingrat. Quiconque est reconnaissant c’est dans son propre intérêt qu’il le fait, et quiconque est ingrat... alors mon Seigneur Se suffit à Lui-même et Il est Généreux». (40)






Al-Naml
Berkata pula seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari Kitab Allah: Aku akan membawakannya kepadamu dalam sekelip mata! Setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di sisinya, berkatalah dia: Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberianNya dan (sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah. (40)


SEMUT
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: [1] "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari [akan ni’mat-Nya]. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk [kebaikan] dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (40)

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah



Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menukilkan sebuah Hadis Rasulullah yang cukup panjang tentang amalan-amalan yang boleh menyelamatkan seseorang dari kesulitan di akhirat kelak. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Madini berbunyi, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku semalam bermimpi melihat hal yang sangat menakjubkan. Aku melihat seorang dari umatku yang didatangi oleh malaikat untuk mencabut nyawanya, lalu datangamalnya kepadanya dalam berbakti kepada dua orang tuanya,sehingga amal itu membuat malaikat itu kembali lagi.

Aku melihat seseorang yang telah dipersiapkan kepadanya siksa kubur, lalu datang WUDHUNYA, sehingga wudhunya itu menyelamatkannya dari siksa kubur.

Aku melihat seseorang yang telah dikepung banyak setan, lalu datang kepadanya zIKIRNYA KEPADA aLLAH, sehingga zikirnya itu mengusir setan-setan tersebut darinya.

Aku melihat seseorang yang kehausan, sedang tiap kali ia mendekati telaga, ia diusir darinya. Lalu, datanglah SHAUMN RAMADHANNYA, sehingga shaumnya itu memberikan minum kepadanya.

Aku melihat seseorang di mana para nabi masing-masing duduk dalam halaqah, ia diusir dan dilarang untuk bergabung ke dalamnya. Lalu, datanglah mandinya dari hadas besar, sehingga mandinya itu membimbing ia dengan memegang tangannya seraya mendudukannya di sampingku.

Aku melihat seseorang yang di depannya gelap sekali, begitu pula di belakang, atas, dan bawahnya, sehingga ia kebingungan mencari arah jalannya. Datanglah kepadanya HAJI DAN UMRAHNYA, lalu keduanya mengeluarkan ia dari kegelapan tersebut dan memasukkannya ke dalam tempat yang terang sekali.

Aku melihat seseorang yang melindungi mukanya dengan tangannya dari panasnya kobaran api, lalu datang SEDEKAHNYA kepadanya dengan menutupi kobaran api dari mukanya seraya membimbingnya ke hadapan Allah SWT.

Aku melihat seseorang yang mengajak bicara orang-orang mukmin, tetapi mereka mendiamkannya. Datanglah silaturahminya seraya berkata, 'Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya ia adalah orang yang melakukan silaturahmi, maka ajaklah dia bicara'. Maka, orang tersebut diajak bicara oleh semua orang mukmin dan mereka mengulurkan tangan untuk berjabatan dengannya, sementara ia pun mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan mereka.

Aku melihat seseorang yang telah dicengkeram Malaikat Jabaniyyah, lalu datanglah kepadanya amal ma'ruf nahyi munkar-nya, hingga amalnya itu menyelamatkan ia dari siksa Jabaniyyah dan memasukannya ke dalam lingkungan malaikat rahmat.

Aku melihat seseorang yang jalannya merangkak dengan kedua lututnya dan di depannya terdapat tabir yang memisahkan ia dengan Allah, lalu datanglah AKHALAKNYA baiknya seraya memegang tangan dan membimbingnya ke hadirat Allah SWT.

Aku melihat seseorang yang catatan amalnya datang dari sebelah kirinya, lalu datanglah TAKWANYA KEPADA ALLAH dan mengambil buku tersebut dengan meletakkannya di tangan kanannya.

Aku melihat orang yang timbangan amalnya sangat ringan, lalu datang anak-anaknya yang meninggal waktu kecil, sehingga mereka memberatkan timbangan amal baiknya tersebut.

Aku melihat seseorang yang berdiri di tebing Jahannam, laludataNGLAH HARAPANNYA KEPADA ALLAH, hingga harapannya itu menyelamatkannya dari Jahannam dan ia berjalan menuju syurga dengan selamat.

Aku melihat seseorang yang terpelanting di atas neraka, lalu datanglah AIR MATA TAKUT KEPADA aLLAH , hingga air mata itu menyelamatkannya dari jatuh ke neraka.

Aku melihat seseorang yang tengah berada di atas jembatan dengan tubuh gemetar, lalu datang HUSZNUDANNYA PADA aLLAH, hingga sikapnya itu menjadikan dia tenang dan ia pun berjalan dengan lancar.

Aku melihat seseorang yang jatuh bangun di atas jembatan. Terkadang ia merangkak, terkadang pula ia menggantung. Lalu datanglah SHOLATNYA MENEGAKKAN KEDUA KAKINYA shalatnya menegakkan kedua kakinya dan menyelamatkannya hingga ia mampu menyeberangi jembatan sampai ke pintu syurga.

Aku pun melihat pula seseorang yang telah sampai ke pintu syurga, semua pintu ditutup baginya. Lalu datanglah SYAHADATNYA, sehingga dibukalah pintu syurga dan ia pun bisa masuk ke dalamnya".

Itulah gambaran tentang amalan-amalan yang dengan izin Allah SWT bisa menjadi penyelamat umat Muhammad SAW yang benar-benar melaksanakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah dengan hati ikhlas.

----------------------------------------------------------------------------------------
"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain" (H.R. Bukhari)




Wednesday, 2 March 2011

Quran : Surah Al Imran 3:173 they said: "Allâh (Alone) is Sufficient for us, and He is the Best Disposer of affairs (for us).[]" (173)


سُوۡرَةُ آل عِمرَان


ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَڪِيلُ (١٧٣)

Al-E-Imran
Those (i.e. believers) unto whom the people (hypocrites) said, "Verily, the people (pagans) have gathered against you (a great army), therefore, fear them." But it (only) increased them in Faith, and they said: "Allâh (Alone) is Sufficient for us, and He is the Best Disposer of affairs (for us).[]" (173)


Al-E-Imran
Men said to them: "A great army is gathering against you, so fear them": but it (only) increased their Faith. They said: "For us Allah sufficeth, and He is the best disposer of affairs." (173)


KELUARGA ’IMRAN
[Yaitu] orang-orang [yang menta’ati Allah dan Rasul] yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia [4] telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (173)



Al-E-Imran
Mereka juga ialah yang diberitahu oleh orang-orang (pembawa berita) kepada mereka: Bahawa kaum (kafir musyrik) telah mengumpulkan tentera untuk memerangi kamu, oleh itu hendaklah kamu gerun kepadanya. Maka berita itu makin menambahkan iman mereka lalu berkata: Cukuplah Allah untuk (menolong) kami dan Dia sebaik-baik pengurus (yang terserah kepadaNya segala urusan kami). (173)

Monday, 28 February 2011

O Allah! Make the Quran the delight of our hearts and the light of our breasts and the remover of our pain, sorrow and discomfort.

O Muslims!


Nothing is more valuable to a Muslim in his worldly life and in the Hereafter than reciting the Quran and reflecting and trying to comprehend its meaning. In doing so an individual will become acquainted with what is good and what is evil. He will see the effects of disobedience of Allah and its punishment in the parables of those who have come before us. An example of such a punishment is the flood that was sent upon the people of Nuh (AS) and others similar to it. It is a source of inspiration and strengthens one's belief in Allah. For this reason, Allah (SW) says:


"And when His (Allah's) Verses (this Quran) are recited unto them, they (Verses) increase their Faith; and they put their trust in their Lord." -- Al-Anfal8 :2


This Book was sent and revealed from above the seven Heavens so that it could be comprehended and implemented, it is not just to be recited while the heart is pre-occupied. Allah (SW) says:


"(This is) a Book (Quran) which We have sent down to you, full of blessings that they may ponder over its Verses, and that men of understanding may remember." Sad38 :29


Allah (SW) says:


"Have they not pondered over the Word (of Allah) or has there come to them what had not come to their fathers of old?" -- Al-Mu'minun23 :68


Allah (SW) says:


"Do they not then consider the Quran carefully? Had it been from other than Allah, they would s!urely have found therein much contradictions." -- An-Nisa4 :82


He (SW) says:


"Do they not think deeply in the Quran, or are their hearts locked up (from understanding it)?" -- Muhammed47 :24


The Quran is an integral part of the Muslim individual's life. Allah (SW) says:


"Has not the time come for the hearts of those who believe to be affected by Allah's Reminder (Quran)? And that which has been revealed of the truth, lest they become as those who received the Scripture before (Jews and Christians), and the term was prolonged on them and so their hearts were hardened? And many of them were Fasiqun (rebelious, disobedient to Allah)." -- Al-Hadid57 :16


What has happened to our hearts O 'Ibad Allah? Why are our hearts locked out and unresponsive to the Quran? Why do the words enter from one ear and exit out the other. Why have our hearts hardened?


Let us comprehend the Quran and implement it in our lives. Let us be from those who implement the Quran in our days and recite it during our nights.


O Allah! Make the Quran the delight of our hearts and the light of our breasts and the remover of our pain, sorrow and discomfort.

Read Quran Surah Al Isra (45) ....recite the Qur'ân, We put between you and those who believe not in the Hereafter, an invisible veil

Al-Isra
And when you (Muhammad SAW) recite the Qur'ân, We put between you and those who believe not in the Hereafter, an invisible veil[] (or screen their hearts, so they hear or understand it not). (45)

Al-Isra
When thou dost recite the Qur'an, We put, between thee and those who believe not in the Hereafter, a veil invisible: (45)


Al-Isra
Dan apabila engkau membaca Al-Quran (wahai Muhammad), Kami jadikan perasaan ingkar dan hasad dengki orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat itu sebagai dinding yang tidak dapat dilihat, yang menyekat mereka daripada memahami bacaanmu. (45)



===


Here is the story regarding the wife of Abu LAhab...



A Story of Abu Lahab's Wife harming the Messenger of Allah

Ibn Abi Hatim said that his father and Abu Zur`ah both said that `Abdullah bin Az-Zubayr Al-Humaydi told them that Sufyan informed them that Al-Walid bin Kathir related from Ibn Tadrus who reported that Asma' bint Abi Bakr said, "When

[تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ]

(Perish the two hands of Abu Lahab and perish he)!) was revealed, the one-eyed Umm Jamil bint Harb came out wailing, and she had a stone in her hand. She was saying, `He criticizes our father, and his religion is our scorn, and his command is to disobey us.' The Messenger of Allah was sitting in the Masjid (of the Ka`bah) and Abu Bakr was with him. When Abu Bakr saw her he said, `O Messenger of Allah! She is coming and I fear that she will see you.' The Messenger of Allah replied,

«إِنَّهَا لَنْ تَرَانِي»

(Verily, she will not see me.) Then he recited some of the Qur'an as a protection for himself. This is as Allah says,

[وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرءَانَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِالاٌّخِرَةِ حِجَابًا مَّسْتُورًا ]

(And when you recite the Qur'an, We put between you and those who believe not in the Hereafter, an invisible veil.) (17:45) So she advanced until she was standing in front of Abu Bakr and she did not see the Messenger of Allah . She then said, `O Abu Bakr! Verily, I have been informed that your friend is making defamatory poetry about me.' Abu Bakr replied, `Nay! By the Lord of this House (the Ka`bah) he is not defaming you.' So she turned away saying, `Indeed the Quraysh know that I am the daughter of their leader.''' Al-Walid or another person said in a different version of this Hadith, "So Umm Jamil stumbled over her waist gown while she was making circuits (Tawaf) around the House (the Ka`bah) and she said, `Cursed be the reviler.' Then Umm Hakim bint `Abdul-Muttalib said, `I am a chaste woman so I will not speak abusively and I am refined so I do not know. Both of us are children of the same uncle. And after all the Quraysh know best.''

http://www.tafsir.com/default.asp?sid=111&tid=59447
&


(an invisible veil.) meaning something which covers, or that cannot be seen, so there is a barrier between them and guidance. This is the interpretation that Ibn Jarir (may Allah have mercy on him) thought was correct. Al-Hafiz Abu Ya`la Al-Mawusili recorded that Asma' bint Abi Bakr (may Allah be pleased with her) said, "When the Ayah,

[تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ ]

(Perish the two hands of Abu Lahab and perish he!) (111:1) was revealed, the one-eyed woman Umm Jamil [the wife of Abu Lahab] came with a stone pestle in her hand, screaming, `What was sent to us is somebody blameworthy, or, we reject somebody blameworthy [Abu Musa - one of the narrators - said, it is I who am not sure what was said]; we shun his religion and disobey whatever he commands!' The Messenger of Allah was sitting with Abu Bakr by his side. Abu Bakr, may Allah be pleased with him, said, `This woman has come and I am afraid she will see you.' The Prophet said,

«إِنَّهَا لَنْ تَرَانِي»

(Certainly she will not see me.) and he recited Qur'an through which he was protected from her:

[وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرءَانَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِالاٌّخِرَةِ حِجَابًا مَّسْتُورًا ]

(And when you recite the Qur'an, We put between you and those who believe not in the Hereafter, an invisible veil). She came and found Abu Bakr, but she did not see the Prophet . She said, `O Abu Bakr, I have heard that your companion is lampooning me.' Abu Bakr said, `No, by the Lord of this House [the Ka`bah], he is not lampooning you.' Then she went away, saying, `The Quraysh know that I am the daughter of their master.'''

http://www.tafsir.com/default.asp?sid=17&tid=29112



{“And when you recite the Qur’an, We put an invisible veil between you and those who do not believe in the Hereafter.”} [al-Isra’; 45]

A group of the Mufassirin explained this verse to mean that the aversion to and heedlessness of the Qur’an and Islam on the part of the disbelievers is the result of a barrier that was placed on their hearts by Allah, making them unable to comprehend or realize any of the wisdom contained therein. This was the explanation of Qatadah, as well as al-Hasan al-Basri.

However, various narrated incidents show that the verse carries an interpretation and meaning that is more literal to its wording; i.e., that one of the means by which Allah prevents his righteous servants from being thrown into the clutches of the disbelievers and being exposed to their harm is through the protection attained by the recitation of the Qur’an itself.The following is collected from al-Qurtubi’s commentary on the above verse:

1 - Asma’ bint Abi Bakr said:

“When the chapter ‘al-Masad’ was revealed, al-’Awra’ Umm Jamil bint Harb came looking for the Prophet with a stick in her hands while the Prophet was sitting in the courtyard of the mosque with Abu Bakr. So, when Abu Bakr saw her, he said to the Prophet: “She is coming, and I fear that she will see you!” So, the Messenger of Allah said: “She will not be able to see me,” and he recited the Qur’an, seeking a firm handhold by it. He recited: {“And when you recite the Qur’an, We put an invisible veil between you and those who do not believe in the Hereafter.”}

So, she stood in front of Abu Bakr, and did not see the Messenger of Allah. She said: “O Abu Bakr! I have been informed that your companion has insulted me!” He said: “No, by the Lord of this House, he has not insulted you.”

So, she turned and walked away, saying: “Quraysh knows that I am the daughter of its most noble man!”"

(declared hasan by Ibn Hajar in 'al-Fath')

2 - Sa’id bin Jubayr said:

“When the verse {“May the hands of Abu Lahab perish, and may he perish!”} was revealed, the wife of Abu Lahab came to the Prophet while he was with Abu Bakr. So, Abu Bakr said: “Move away, so that you will not hear from her that which would hurt you, as she is a harsh woman!” So, the Prophet said: “A protection will be put for me from her,” and she was unable to see him. She said: “O Abu Bakr! Your companion has insulted me!” He said: “By Allah, he does not say poetry.” She said: “So, you believe in him?” and angrily walked away.

So, Abu Bakr said: “O Messenger of Allah! Did she not see you?”

The Prophet replied: “An Angel was standing between she and I, shielding me from her, until she went away.”“

(Sa'id bin Jubayr narrated this on behalf of Ibn 'Abbas; declared hasan by Ibn Hajar in 'al-Fath,' as well as al-Albani in 'Sahih Mawarid adh-Dhaman')

3 - Ka’b bin Malik said:

“The Prophet used to shield himself from the disbelievers using three verses:

{“Truly, We have set veils over their hearts so that they do not understand this (Qur’an), and deafness in their ears…”} [al-Kahf; 57]

{“They are those upon whose hearts, hearing, and sight Allah has set a seal.”} [an-Nahl; 108]

{“Have you seen he who takes his own lust as his god, and Allah, knowing him as such, has left him astray, and sealed his hearing and his heart, and put a cover on his sight?”} [al-Jathiyah; 23]

So, when the Prophet would recite them, he would be shielded from the polytheists.

I informed a man from Sham of this. He travelled to the lands of the Romans and was kept there for some time as a prisoner. After a while, he escaped from the Romans, and they went out to hunt him and bring him back as a captive. He recited these verses, and, although they were with him on the same road, they were never able to find him.”

4 - ath-Tha’labi said:

“I relayed the same information (regarding these three verses) to a man from the people of Ray. One time, he was imprisoned in Daylam, where he stayed there for some time before escaping. They went out searching for him, so, he recited these verses. When they finally caught up to where he was, and his clothing was touching their clothing, they were still unable to see him.”

5 - al-Qurtubi himself said:

“And a similar thing happened to me in our land of Andalusia, in Qurtubah (Cordova, Spain). I had escaped from in front of the enemy, rushing to a corner of his castle fortress where I could not be detected. So, two knights were sent out to search for me, while I was simply squatting on the ground with no protection of barrier between they and I. So, I began reciting: {“And We have put a barrier before them, and a barrier behind them, and We have covered them up, so, they cannot see.”} [Ya Sin; 9] and other verses from the Qur’an. The two knights approached me, looked around, and returned back from where they had came, with one of them saying to the other: “This man is a demon!”

So, Allah - the Mighty and Exalted - blinded them from seeing me, and all praise is due to Allah for this.”

[‘al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an’; 10/116-117]

http://iskandrani.wordpress.com/cate...rs/al-qurtubi/

http://www.ahlalhdeeth.com/vbe/showthread.php?t=860 (original post of brother Abu Sabaayaa).

Read Quran : Surah Al Imran So do not become weak, nor be sad, and you will be superior if you are indeed (true) believers.

Al-E-Imran
And those who, when they have committed Fahishah (illegal sexual intercourse) or wronged themselves with evil, remember Allâh and ask forgiveness for their sins; - and none can forgive sins but Allâh - And do not persist in what (wrong) they have done, while they know.[]. (135) For such, the reward is Forgiveness from their Lord, and Gardens with rivers flowing underneath (Paradise), wherein they shall abide forever. How excellent is this reward for the doers (who do righteous deeds according to Allâh's Orders). (136) Many similar ways (and mishaps of life) were faced by nations (believers and disbelievers) that have passed away before you (as you have faced in the battle of Uhud), so travel through the earth, and see what was the end of those who disbelieved (in the Oneness of Allâh, and disobeyed Him and His Messengers). (137) This (the Qur'ân) is a plain statement for mankind, a guidance and instruction to those who are Al-Muttaqûn (the pious - see V.2:2). (138) So do not become weak (against your enemy), nor be sad, and you will be superior (in victory) if you are indeed (true) believers. (139)


Al-E-Imran
And those who having done something to be ashamed of, or wronged their own souls earnestly bring Allah to mind; and ask for forgiveness for their sins,―and who can forgive sins except Allah?,―And are never obstinate in persisting knowingly in (the wrong) they have done. (135) For such the reward is forgiveness from their Lord and gardens with rivers flowing underneath an eternal dwelling; how excellent a recompense for those who work (and strive)! (136) Many were the Ways of Life that have passed away before you: travel through the earth, and see what was the end of those who rejected Truth. (137) Here is a plain statement to men, a guidance and instruction to those who fear Allah! (138) So lose not heart, nor fall into despair: for ye must gain mastery if ye are true in Faith. (139)




Al-E-Imran
Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu, sedangkan mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya). (135) Orang-orang yang demikian sifatnya, balasannya ialah keampunan dari Tuhan mereka, dan Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya dan yang demikian itulah sebaik-baik balasan (bagi) orang-orang yang beramal. (136) Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu (contoh kejadian-kejadian berdasarkan) peraturan-peraturan Allah yang tetap; oleh itu mengembaralah kamu di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul). (137) (Al-Quran) ini ialah penerangan kepada seluruh umat manusia dan petunjuk serta pengajaran bagi orang-orang yang (hendak) bertakwa. (138) Dan janganlah kamu merasa lemah (dalam perjuangan mempertahan dan menegakkan Islam) dan janganlah kamu berdukacita (terhadap apa yang akan menimpa kamu), padahal kamulah orang-orang yang tertinggi (mengatasi musuh dengan mencapai kemenangan) jika kamu orang-orang yang (sungguh-sungguh) beriman. (139)




===


Assalamualaikum w.b.r,

Kewajiban beristighfar itu makin kuat bagi orang yang sedang jatuh dalam kemaksiatan dan dosa. Karena siapa yang bisa menghindarkan dirinya sama sekali dari perbuatan dosa? Di sini istighfar berfungsi sebagai perangkat untuk menghilangkan kekurangannya, dan yang dapat mencucinya dari kotoran dosa.

Allah SWT menyebut sifat-sifat kaum muttaqin dalam al Quran sebagai orang yang:

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari pada Allah? - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui" [QS. Ali Imran: 135].

Dan firman Allah SWT:

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. an-Nisa: 110.].

Allah SWT memuji nabi-nabi-Nya dalam Al Qur'an dengan tindakan mereka yang melakukan istighfar itu. Mereka adalah manusia yang paling bersegera dalam melakukan istighfar dan yang paling senang melakukannya.

Dalam kisah Adam, nenek moyang manusia, beliau beristighfar ketika beliau dibujuk oleh syaitan hingga beliau dan istrinya memakan pohon yang dilarang itu. Maka beliau segera meminta istighfar dan kembali kepada-Nya:

"Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." [QS. al A'raf: 23.].

Nabi Nuh a.s, pemimpin para rasul itu meminta istighfar bagi dirinya, kedua orang ketuanya, dan bagi semua orang yang berhak atasnya, juga bagi kaum mu' minin dan mu'minat:

"Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan." [QS. Nuh: 28].

Dan Nabi Ibrahim a.s. berdo'a:

"Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." [QS. Ibrahim: 41].

"Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat adn hanya kepada Engkaulah kami kembali, " Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." [QS. al Mumtahanah: 4-5.].

Nabi Musa a.s. yang secara tidak sengaja membunuh seorang manusia, sebelum beliau mendapatkan kerasulannya, segera meminta ampunan kepada Rabbnya atas kesalahannya itu.

"Musa mendo'a: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. al Qashash: 16.].

Pada kesempatan lain, beliau berdoa:

"Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya." [QS. al A'raaf: 155].

Allah SWT berfirman dalam kisah Nabi Daud a.s:

"Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat" [QS. Shaad: 24].

Dalam kisah Nabi Sulaiman a.s. Allah SWT berfirman:

"Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku." [QS. Shaad: 35].

Dan Nabi Muhammad Saw juga diperintahkan untuk bertaubat dalam banyak ayat, seperti dalam firman Allah SWT dalam al Qur'an Makki ini:

"Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi." [QS. Ghaafir: 55].

Dalam al Qur'an Madani Allah SWT memerintahkan beliau untuk beristighfar kepada-Nya, dalam firman Allah SWT:

"Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. an-Nisa: 106].

Juga Allah SWT memerintahkan beliau untuk beristighfar bagi dirinya dan kaum mu'minin dan mu'minat. Yaitu dalam firman Allah SWT:

"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan." [QS. Muhammad: 19].

Dan firman Allah SWT:

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." [QS. an-Nashr: 1-3].

Ini adalah bagian dari surah yang diturunkan belakangan. Atau ia diturunkan pada penghujung kehidupan Rasulullah Saw, dan setelah turunnya firman Allah SWT dalam surah al Fath:

"Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu." [QS. al Fath: 2].

Dan ini diturunkan pada tahun keenam hijriah setelah terjadinya perdamaian Hudaibiah yang terkenal itu, yang dinamakan Allah SWT sebagai kemenangan yang nyata.

Namun demikian, Allah SWT tetap memerintahkan beliau untuk beristighfar. Dan Rasulullah Saw adalah manusia yang paling banyak beristighfar kepada Rabbnya. Sahabat beliau pernah menghitung, dalam satu majlis, Rasulullah Saw lebih dari tujuh puluh kali mengucapkan: " Wahai Rabb-ku ampunilah daku dan berilah Aku taubat".

An-Nasaai meriwayatkan dari Ibnnu Umar bahwa ia mendengar Rasulullah Saw mengucapkan: "Aku memohon ampunan kepada Allah Yang tidak ada tuhan selain Dia Yang Hidup kekal dan terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Aku memohon taubat kepadaNya" dalam satu majlis ,sebelum bangkit darinya, sebanyak seratus kali. Dalam satu riwayat: "kami menghitung Rasulullah Saw dalam satu majlis mengucapkan: 'Wahai Rabb-ku ampunilah daku dan berilah daku taubat, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi taubat dan Maha Pengampun' sebanyak seratus kali." [Fathul Bari: 11/101, 102].

Dalam sahih Muslim dari hadits al Aghar al Muzni diriwayatkan:

"Pernah ada kelalaian untuk berdzikir dalam hatiku, dan aku beristigfar kepada Allah SWT setiap hari sebanyak seratus kali untuk kelalaian itu ".

Dalam sahih Bukhari dari hadits Abi Hurairah r.a.:

"Demi Allah, aku beristighfar dan meminta taubat kepada Allah SWT dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali".

Ulama menafsirkan "al ghain" yang berada dalam hati Rasulullah Saw itu adalah: suatu masa Rasulullah Saw tidak melakukan dzikir yang terus dilakukan beliau. Dan jika Rasulullah Saw melupakannya karena suatu hal, maka beliau menganggap itu sebagai dosa, dan beliau ber istighfar kepada Allah SWT dari kelalaian itu.

Ada yang berpendapat: itu adalah sesuatu yang terjadi dalam hati, seperti keinginan hati yang biasa terjadi dalam diri manusia.

Ada yang berpendapat: para nabi adalah orang yang amat berusaha keras untuk melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Karena mereka mengtehui hak-Nya atas mereka sehingga mereka terus bersyukur kepada Allah SWT, dan mengakui bahwa mereka selalu kurang sempurna dalam menjalankan apa yang diperintahkan Allah SWT kepada mereka.

Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin berkata: adalah Rasulullah Saw selalu meningkat derajat beliau. Dan setiap kali beliau menaiki suatu derajat maka beliau akan melihat derajat yang sebelumnya, dan beliau akan ber istighfar atas derajat yang lebih rendah itu. [Fathul Bari: 11/ 102, 102].

Al Muhasiby berkata: malaikat dan para nabi adalah orang yang lebih takut kepada Allah SWT dibandingkan orang yang lebih rendah derajatnya dari mereka. Dan takut mereka adalah sebuah takut penghormatan dan pemuliaan. Mereka beristighfar dari kekurang sempurnaan dalam menjalankan apa yang seharusnya, bukan karena dosa yang dilakukan.

Qadhi 'Iyadh berkata: sabda beliau: "Wahai Rabb-ku ampunilah dosaku dan ampunilah atas apa yang aku telah dahulukan dan apa yang aku telah tunda dapat dinilai sebagai sebuah ungkapan dari ketawadhu'an, ketundukan, sikap merendahkan diri, dan sebagai kesyukuran kepada Rabbnya, karena beliau tahu bahwa Allah SWT telah mengampuninya. [Fathul Bari: 11/ 198].

Terdapat hadits sahih dari Rasulullah Saw tentang bentuk redaksional istighfar beliau yang tidak pernah digunakan oleh seorang nabi atau Rasulupun sebelum beliau, yaitu:

"Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, tingkah berlebihan dalam perkaraku, serta apa yang Engkau lebih tahu dariku. Ya Allah ampunilah keseriusan dan sikap humorku, ketidak sengajaan dan kesengajaanku, dan seluruh perbuatan seperti itu yang ada padaku. Ya Allah, ampunilah apa yang aku dahulukan dan apa yang aku akhirkan, serta apa yang sembunyikan dan apa yang aku beritahukan, dan Engkau adalah Yang memajukan dan Engkau pula Yang memundurkan, dan Engkau adalah Maha kuasa atas segala sesuatu." [Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abi Musa. Fathul Bari 11/ 196, 197].

Dan Rasulullah Saw bersabda: sayyidul istighfar adalah engkau mengucapkan:

"Ya Allah, Engkau Rabbku, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu dan aku akan terus berada dalam jalan dan janji-Mu selama aku mampun. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa yang telah aku perbuat, dan aku mengakui nikmat yang Engkau berikan kepadaku, dan aku akui pula dosa yang telah aku perbuat, maka ampunilah daku, karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain daripada Engkau." [Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ad Da'awat dari Syidad bin Aus dengan nomor: (6306)].

Syeikh Ibnu Abi Hamzah berkata: dalam hadits ini terkumpulkan keelokan makna dan keindahan lafazh, sehingga memang ia berhak disebut sebagai sayyidul istighfar. Di dalamnya terdapat pengakuan bagi Allah SWT atas ke-Tuhanan-Nya, bagi diri-Nya semata, dan penyembahan kepada-Nya. Juga pengakuan bahwa Dia adalah Sang Pencipta, pengakuan akan perjanjian yang telah diambilnya dari Allah SWT, pengharapan akan janji yang telah diberikan oleh Allah SWT, perlindungan dari kejahatan yang dilakukan oleh hamba atas diirnya sendiri, penisbahan nikmat kepadaNya, sementara menisbahkan dosa kepada dirinya sendiri, juga keinginannya untuk meminta ampunan, serta pengakuannya bahwa tidak ada seorangpun yang dapat memberikan pengampunan itu selain Allah SWT. Seluruh sisi itu menunjukkan penyatuan antara sisi syari'ah dengan hakikat.. Karena kewajiban-kewajiban syari'ah terwujudkan dengan adanya pertolongan dan bantuan Allah SWT. Inilah apa yang dikatakan sebagai hakikat. [Fathul Bari: 11/100].
Related Posts with Thumbnails