Tafsir Q.S. At-Takwir 81 : 1-7
Proses kiamat
Kedahsyatan Hari Kiamat. Berdasarkan tafsir Tafsir Q.S. At-Takwir 81 : 1-7, kapankah terjadi ??
Apabila matahari digulung
Dan apabila bintang-bintang berjatuhan
Dan apabila gunung-gunung dihancurkan
Dan apabila unta-unta bunting ditinggalkan
Dan apabila binatang-bintang buas dikumpulkan
Dan apabila lautan dijadikan meluap
Dan apabila ruh-ruh dipersatukan
(Q.S. At-Takwir 81: 1-7)
Apabila matahari digulung
Dr. T. Djamaluddin dalam buku Menjelajah Keluasan Langit; Menembus Kedalaman Al Quran, yang diterbitkan Khazanah Intelaktual, halaman 81-82, menjelaskan bahwa kehancuran total alias kiamat bermula dari berkontraksinya alam semesta. Kalimat Apabila matahari digulung menggambarkan saat alam semesta mulai mengerut. Ketika itulah galaksi-galaksi mulai saling mendekat dan bintang-bintang, termasuk tata surya, saling bertumbukan atau dengan kata jatuh satu sama lain.
Alam semesta makin mengecil, akhirnya semua materi di alam semesta akan runtuh kembali menjadi satu kesatuan seperti pada awal penciptaannya. Inilah yang disebut Big Crunch (keruntuhan besar) sebagai kebalikan dari Big Bang, ledakan besar saat penciptaan alam semesta. Kejadian inilah yang tampaknya digambarkan dalam Surat Al Anbiya ayat 104 dengan mengumpamakan pengerutan alam semesta seperti makin mampatnya lembaran kertas yang digulung. “Pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran buku. Sebagaimana Kami telah memulai awal penciptaannya akan Kami ulangi seperti itu.”
Dan apabila bintang-bintang berjatuhan
Saat matahari terbenam dan kegelapan malam menyelimuti bumi, tataplah ke atas sana. Nun jauh di sana, tampak titik-titik bintang indah menghiasi angkasa. Nun jauh di luar bumi, ada jutaan, bahkan miliaran, galaksi-galaksi bagaikan pulau-pulau yang saling berjauhan yang berpenghuni miliaran bintang.
Matahari adalah salah satu bintang terdekat dan merupakan induk tata surya bermassa sekitar 300.000 kali massa bumi dan berukuran lebih dari sejuta kali besar bumi. Gaya gravitasinya mampu menahan semua anggota tata surya yang sedikitnya terdiri dari 9 planet, sekitar 42 satelit, ratusan ribu asteroid (planet kecil), miliaran komet, dan tak terhingga bongkahan batuan, logam, atau es yang disebut meteoroid yang bertebaran di ruang antarplanet
Matahari hanyalah salah satu bintang berwarna kuning yang berukuran sedang. Padahal, masih ada miliaran bintang yang ukurannya ratusan kali lebih besar dari matahari. Bumi, tempat kita berpijak, hanyalah satu planet kecil di tata surya. Planet Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus berukuran lebih besar daripada planet bumi. (T. Djamaluddin 2006: 28).
Pada ayat ini disebutkan dan apabila bintang-bintang berjatuhan, maksudnya, bahwa miliaran galaksi yang berpenghuni miliaran bintang akan saling bertabrakan dan keseimbangan semesta pun kacau balau. Inilah peristiwa kiamat yang sangat mengerikan.
Dan apabila gunung-gunung dihancurkan
Sejatinya, gunung-gunung itu berfungsi sebagai pasak bumi. “Dan Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak.” (Q.S. An-Naba 78: 6-7). Bisa dibayangkan, apabila kita membangun tenda tanpa pasak, apa yang akan terjadi? Tentu tidak akan kokoh, bukan. Begitupun, bumi tidak akan stabil dan kokoh tanpa gunung-gunung karena gunung berfungsi sebagai pasaknya. Nah, pada saat bintang-bintang berjatuhan dan bertabrakan, sudah dipastikan bumi pun akan mengalami kehancuran total. Hal ini ditegaskan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan.
Tidak sedikit ayat yang menyinggung tentang gunung saat berbicara tentang kiamat. Ini menunjukkan peranan gunung dalam keseimbangan bumi. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat berikut, “Mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, ‘Tuhanku akan menghancurkannya pada hari kiamat dengan sehancur-hancurnya.” (Q.S. Thaha 20: 105) “Dan gunung-gunung akan dihapuskan, hingga jadilah dia fatamorgana.” (Q.S. An-Naba 78: 20)
Dan apabila unta-unta bunting ditinggalkan
Al ‘isyar adalah unta bunting sepuluh bulan. Di kalangan orang Arab, inilah unta yang paling baik dan mahal. Dalam konteks sekarang, tentu bukan unta bunting yang dianggap berharga, namun boleh jadi kendaraan dan perhisan mewah. Pada hari terjadinya kiamat, manusia akan meninggalkan apa pun yang dinilainya berharga, bahkan orang yang dicintainya pun akan ditinggalkannya.
“Pada hari kamu melihat goncangan (kiamat) itu, lalailah wanita yang menyusui dari anak yang disusuinya itu, dan wanita-wanita hamil mengalami keguguran, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk padahal mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah sangat keras.” (Q.S. Al Hajj 22: 2). Pada ayat ini ada penegasan bahwa seorang ibu yang sedang menyusui anaknya akan meninggalkannya karena sangat ketakutan.
Dan apabila binatang-bintang buas dikumpulkan
Insting binatang sangat kuat menangkap isyarat alam. Pada saat alat pendeteksi gempa belum ditemukan, orang-orang dahulu sering menjadikan perilaku binatang sebagai isyarat akan terjadinya suatu pertiwa yang hebat di bumi. Apabila binatang-binatang buas turun dari hutan menuju daratan, ini boleh jadi isyarat akan terjadinya gempa hebat atau gunung meletus.
Dan apabila binatang-binatang buas dikumpulkan adalah isyarat bahwa binatang buas pun sepertinya hilang kebuasannya hingga mereka mau berkumpul. Padahal, sifat asli bianatang buas itu sangat individualis, mereka lebih suka hidup sendiri-sendiri. Namun, saat terjadi kiamat, mereka berkumpul dengan sangat ketakutan. Ini isyarat betapa dasyatnya peristiwa kiamat.
Dan apabila lautan dijadikan meluap
Kata sujjirat pada ayat ini mengandung makna meluap disertai mendidih. Pada hari kiamat, air laut akan meluap disertai mendidih. Mengapa bisa terjadi demikian? Peristiwa ini bisa terjadi ketika matahari membengkak menjadi bintang raksasa merah.
Menurut teori evolusi bintang, matahari kita akan membesar menjadi bintang raksasa merah menjelang kematiannya. Pada saat itu, matahari bersinar sedemikian terangnya hingga lautan akan mendidih dan kering, batuan akan meleleh dan kehidupan akan punah.
Matahari akan terus bertambah besar hingga planet-planet di sekitarnya, Merkurius, Venus, Bumi, Bulan, serta Mars akan masuk ke dalam bola gas matahari. Barangkali kejadian inilah yang diisyaratkan dalam Al Quran sebagai bersatunya matahari dan bulan. “Ketika pemandangan telah kacau balau dan bulan hilang cahayanya; matahari dan bulan disatukan …” (Q.S. Al Qiyamah 55: 7-9). (T. Djamaluddin 2006:81)
Dan apabila roh-roh dipersatukan
Ustadz Sayyid Quthb dalam tafsir Ad-Dzilal menyebutkan bahwa ayat ini paling tidak mengandung dua makna.
Pertama, bisa jadi yang dimaksud dan apabila ruh-ruh dipersatukan adalah dipersatukan roh-roh itu dengan jasadnya sesudah dikembalikan penciptaannya. Maksudnya, semua manusia yang sudah mati, bahkan tulang belulangnya pun telah menjadi tanah, akan dikembalikan pada bentuk aslinya dan disatukan kembali dengan rohnya.
Melakukan hal ini bagi Allah swt. tidaklah sulit, “Dan dialah yang menciptakan dari permulaan, kemudian mengembalikannya kembali, dan menghidupkannya kembali adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan milik-Nya sifat Maha Tinggi di langit dan di bumi. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa Maha Bijaksana.” (Q.S. Ar-Rum 30: 27)
Kedua, bisa jadi yang dimaksud dengan dan apabila roh-roh dipersatukan adalah akan dihimpunnya setiap kelompok roh-roh yang sejenis dalam satu kelompok tertentu, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut.
“Dan kamu menjadi tiga golongan, yaitu golongan kanan. Alangkah mulia golongan kanan itu. Dan golongan kiri, alangkah sengsara golongan kiri itu. Dan orang-orang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan pada Allah. Berada dalam surga kenikmatan.” (Q.S. Al Waqi’ah 56: 7-12)
Menurut ayat ini, pada hari kiamat roh-roh akan dihimpun dalam tiga kelompok.
Pertama, Kelompok Kanan adalah kelompok yang mendapatkan kenikmatan dan kemuliaan
Kedua, Kelompok Kiri adalah kelompok yang mendapatkan kehinaan dan kesangsaraan
Ketiga, Kelompok Muqarrabin adalah kelompok yang mendapatkan pengormatan untuk didekatkan dengan Allah. Mereka bukan hanya mendapatkan kenikmatan dan kemuliaan, namun juga posisinya didekatkan dengan Allah swt.
Dua macam penafsiran yang dikemukakan Ustadz Sayyid Quthb bisa diterima karena berlandaskan pada alasan-alasan yang bersumber dari Al Quran. Maksudnya, kita bisa menafsirkan ayat dan apabila roh-roh dipersatukan dengan dipersatukannya roh dengan jasad. Atau bisa juga bermakna, dikumpulkannya roh-roh manusia berdasarkan kelompok kualitasnya.
Penulis lebih cenderung menggunakan dua tafsir tersebut secara berbarengan alias kedua tafsir itu bisa diterima.
Wallahu a’lam.