Sunday, 23 October 2011

Read Quran : سُوۡرَةُ إبراهیم وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕن شَڪَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡ‌ۖ وَلَٮِٕن ڪَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ۬ (٧)



سُوۡرَةُ إبراهیم
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕن شَڪَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡ‌ۖ وَلَٮِٕن ڪَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ۬ (٧)

Surah Ibrahim
And when your Lord proclaimed: If ye give thanks, I will give you more; but if ye are thankless, lo! My punishment is dire. (7)



====

Surah Ibrahim
And (remember) when your Lord proclaimed: "If you give thanks (by accepting Faith and worshipping none but Allâh), I will give you more (of My Blessings), but if you are thankless (i.e. disbelievers), verily! My Punishment is indeed severe." (7)

Surah IBRAHIM
Dan [ingatlah juga], tatkala Tuhanmu mema’lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah [ni’mat] kepadamu, dan jika kamu mengingkari [ni’mat-Ku], maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (7)

you give thanks you give thanks
Surah Ibrahim
Dan (ingatlah) ketika Tuhan kamu memberitahu: Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambahi nikmatKu kepada kamu dan demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azabKu amatlah keras. (7)

=====

Therefore bersyukur = if you give thanks



======


Melembutkan hati secara cerdas emosi




SMART HEART: Rahasia Melembutkan Hati, Menuju Kesuksesan dan Kebahagiaan Hidup Selama-lamanya! (Menurut al-Quran, Sunnah Nabi, dan Teori Multiple Intelligences)


===

Dalam buku diatas ade disebut bagaimana..


buku :

9 Jalan Untuk Cerdas Emosi & Cerdas Spiritual



Category:Books
Genre:Religion & Spirituality
Author:muhammad wahyuni nafis



Buku ini cukup bagus... didasarkan pada sistemisasi buku International best seller The 7 Habits of Highly Effective People (1993), dan the 8th Habit, from Effectiveness to Greatness (2005), karya stephen R. Covey.

Menjelaskan 9 jalan kecerdasan dari nilai-nilai Islam untuk menuju cerdas emosi dan spiritual.. 9 Kecerdasan itu rasanya kita sebagai muslim udah nggak asing lagi dengernya.. yakni:

3 kecerdasan pertama : sabar, syukur, tawadhu. (psiko etika). Orang yang bisa mengaplikasikan ketiga jalan ini, berarti orang itu telah dapat menyelesaikan masalah antara aku dan aku, dengan kata lain antara drinya sendiri. Ia telah berhasil meraih kemenangan pribadi.

3 kecerdasan kedua : husnuzan, amanah, silaturahim. (sosio etika). Orang yang bisa megimplementasikan ketiga kecerdasan ini, berarti ia telah dapat menyelesaikan masalah antara dirinya dan orang lain. Bisa dibilang ia telah berhasil meraih kemenangan sosial.

3 Kecerdasan ketiga : tawakkal, ikhlas, takwa. (teo-etika). dengan dapat mengaplikasikan ketiga jalan ini, maka orang tersebut telah dapat menyelesaikan masalah dia dengan Tuhannya. Sebuah kemenangan spiritual.

Di bagian belakang juga ada sedikit refleksi mengenai seseorang yang ikut training pelatihan kecerdasan emosi tapi nggak berdampak apa-apa. Padahal ngaku heboh kalo trainingnya itu okeh banget. Yaah gitu deh.. namanya manusia.. untuk bisa berubah nge-upgrade diri, sekedar dengan dan tahu saja nggak cukup. Perlu perenungan, pemahaman, implementasi, baru dah tuh namanya ilmu LENGKET. Hehe.. jadi teringat seorang trainer, S3 psikologi yang pernah ngomong ke gue.. ‘’ínget yah.. kalo mao ningkatin diri sendiri itu, yang paling manjur tuh lewat terus menerus lebih mendekatkan diri pada Allah..”.. yah, kalo gw liat-liat ada benernya seh.. Ada koq yang gw liat rajin baca buku buku tentang sukses, training seminar lumayan sering ikut, tapi kok yah tetep begitu yah ?? hehehe…

Di buku ini masing2 sembilan kecerdasan itu dibahas dengan cukup enak dan luwes, bahasanya gak berat. Secara pengertian cukup detail. Hanya saja mungkin agak kurangnya itu, langkah-langkah untuk menuju masing masing kecerdasan, misalnya, kecerdasan iklhas.. ikhlasnya sendiri cukup dikasi pengertian yang okeh.. tapi untuk mencapai ikhlas itu kita harus gimana step-stepnya, di buku setebal 265 halaman ini kurang disebutkan. Mungkin kudu ikut trainingnya kali yeee.. hihi.. but still.. this book is worth to be read...
source

ok



buku di google book



Quranic Law of Attraction

Oleh Rusdin S. Rauf



Membuka Pintu Rezeki

Oleh Drs. A. F. Jaelani,


This study argues that emotional intelligence is more important than a high IQ in terms of how one performs in life.


Buku Daneil Goleman,

Emotional Intelligence : Why it can Matter More than IQ

Anyone can become angry - that is EASY.
BUT to be angry with the right person,
to the right degree, at the right time,
for the right purpose, and in the right way-that is NOT EASY
- Aristotle


This study argues that emotional intelligence is more important than a high IQ in terms of how one performs in life.



Kemampuan berfikir mempengaruhi emosi.

Emosi mempengaruhi kualiti fikiran anda.

==

HATI ???

EMOSI membentuk kelembutan hati.


Buku : by Antoine de Saint Exupery dalam buku The Little Prince,


"Hanya dengan hati, kita dapat melihat dengan tepat
apa yang penting yang tidak terlihat oleh mata."



source ini dt dari isi buku




Selama 20 tahun, Nabi Muhammad tidak pernah berbuat kasar kepada Anas bin Malik, pembantu beliau. Bagaimanakah beliau dapat bersikap begitu? Nabi Muhammad mengembangkan konsep cinta. Beliau mencintai orang lain seperti beliau mencintai dirinya sendiri. Bahkan, cintanya pada para sahabat melebihi cintanya kepada diri sendiri.

Kisah Anas bin Malik membuktikan betapa sejak dahulu, Nabi Muhammad sudah mengaitkan konsep cinta dan emosi positif bagi menggerakkan hati. Mungkin, anda masih tertanya-tanya. Dalam fikiran anda, muncul pertanyaan, apakah ada kaitan antara cinta dan emosi? Mari kita analisis bersama.

Merujuk kepada buku al-Jawabul Kafi Liman Saala ‘Ainid Dawaaisy Syafi (Edisi terjemahannya: Penawar Hati yang Sakit), Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengutip perbualan sahabat, Umar , dengan Nabi Muhammad,
“Wahai pesuruh Allah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segalanya, kecuali kepada diriku sendiri.” Nabi Muhammad menjawab, “Hai Umar, tidak, sehingga aku lebih engkau cintai daripada diriu sendiri.” Umar berkata semula, “Demi Zat yang mengutusmu, engkau pesuruh Allah, lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Nabi Muhammad menegaskan, “Engkau benar, wahai Umar!” Hadis ini direkodkan oleh Bukhari.

Perhatikan! Engkau pesuruh Allah, lebih aku cintai, kecuali diriku sendiri. Perkataan awal Umar itu belum menunjukkan kedekatan secara emosional. Mengapa? Cuba kita fikirkan, kedekatan emosional maksudnya memiliki kedekatan yang begitu erat. Apabila Umar masih mencintai dirinya sendiri, itu menunjukkan Umar tidak memiliki kedekatan emosi yang kuat dengan Nabi Muhammad. Oleh sebab itu, beliau pun membetulkan kata-kata Umar dengan lemah lembut.

Perhatikan! Sehingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri. Ayat ini menunjukkan ikatan emosi yang kuat antara Nabi Muhammad dengan Umar.
Secara rasional, cinta itu hadir daripada perasaan saling berkasih sayang. Ada yang memberikan cinta dan ada yang menerima cinta. Ringkasnya, cinta memerlukan pengorbanan dan saling berkongsi kepercayaan.
Sesudah terjadi pertautan yang erat antara cinta dan emosi, kedekatan hati pula lahir. Hati yang sudah dekat itu mampu bersinergi mewujudkan impian dan cita-cita masa hadapan.

Oleh sebab itu, tidak menghairankan jika para sahabat faham benar kemahuan Nabi Muhammad hanya dengan melihat raut wajah beliau. Sahabat juga faham akan memek wajah beliau. Apabila marah, wajah Nabi kemerahan. Apabila gembira, Nabi tersenyum. Apabila tidak bersetuju dengan sesuatu hal, Nabi diam. Seperti itulah kedekatan hati. Tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata, kita dapat merasakan kesedihan, kekecewaan dan kebaagiaan orang yang hatinya dekat dengan kita, sebagaimana dekatnya hati para sahabat dengan Nabi Muhammad.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah juga berkata,
“Setiap pergerakan di alam ketinggian dan kemuliaan dan di alam kerendahan, sumbernya adalah cinta. Sebab, pergerakan itu ada tiga macam. Pergerakan atas dasar pilihan dan kemahuan, pergerakan semulajadi dan pergerakan yang datang dari paksaan.

Pergerakan semulajadi berasal daripada berhenti dan tenang. Tubuh bergerak sebab ia keluar dari tempat semulajadi. Namun, ia bergerak menuju tempat asalnya atau keluar darinya. Tubuh bergerak sebab penggerak yang memaksa ia bergerak. Jadi,ia memiliki gerakan yang terpaksa. Pergerakan semulajadi sendiri yang meminta bergerak munuju asalnya.

“Pergerakan pilihan dan kemahuan bersumber daripada dua jenis gerak, iaitu yang terpaksa dan yang semulajadi. Pergerakan pilihan ini datang daripada kemahuan, iaitu ikatan emosional dan cinta. Apabila yang bergerak itu tidak merasakan gerakan pada dirinya, maka ia adalah pergerakan semulajadi ataupun pergerakan secara paksaan. Sekiranya yang bergerak itu merasakan adanya gerakan yang terjadi pada dirinya, maka ini adalah jenis pergerakan kemahuan.” Petikan buku Al-Jawabul Kafi Liman Saala ‘Ainid Dawaaisy Syafi; Edisi terjemahannya: Penawar Hati yang Sakit.

Ternyata, cinta dan emosi dapat menggerakkan apa sahaja. Tanpa ada paksaan. Tanpa mengharapkan balasan. Semuanya dilakukan dengan ikhlas dan tulus. Hati juga tergerak apabila cinta sudah menyelimuti diri kita.
Oleh sebab itu, para sahabat selalu menjawab perintah Allah dengan sambutan cinta, “Kami dengar dan kami patuh (sami’na wa atha’na)!” Kenapa sampai jadi begitu? Ini kerana perasaan cinta yang tulus menggerakkan hati mereka.

Mahukah kita menggerakkan hati ini? Jawapannya rringkas, dekatkan diri kepada Allah dan Nabi Muhammad dengan kekuatan cinta dan ikatan emosi. Dua kekuatan ini yang menjadi asas kepada kita menajamkan hati menuju kasih sayang Allah. Dengan izin Allah, kejayaan melembutkan hati akan terpancar dalam kehidupan kita.
Pada kenyataannya, kita menggunakan perasaan cinta pada jalan kesesatan. Sungguh merugikan! Cinta itu kurniaan Allah. Cinta pemberian sang Maha Pencipta. Maka, berhati-hatilah semasa mengungkapkan cinta.

Cinta itu tidak membutakan hati, jester cinta menghidupkan seluruh batin kita. Kita dapat merasakan kehadiran Allah dengan cinta. Kita dapat menggerakkan semua jiwa ini kerana cinta kepada Allah.

Cinta dan emosi adalah kenikmatan yang Allah berikan kepada setiap hamba-NYA. Maka, kita jangan mendustakan kurniaan itu. Seperti ayat Allah yang disebut berulang kali dalam surah ar-Rahman,”Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang mahu kamu dustakan?”
Selama kita memiliki cinta dan emosi, sinergikan kedua-duanya bagi mencapai cinta Allah. Hasilnya, hati kita semakin lembut, bersinar dan penuh ketenangan.

sumber: buku 'Smart Heart'-ditulis oleh Rusdin S. Rauf, m/s 23-26

No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails